Luhut Binsar Pandjaitan Khawatir Nilai Tukar Rupiah Melemah, Imbas Kepemimpinan Donald Trump?

digital
Beri Wawasan Tentang Mindset Digital Bagi ASN Penyuluh Pertanian Kukar, Faisal ; Jangan Pernah Berhenti Belajar, Tidak Akan Pernah Habis. (Foto : Kaltimprov.go.id)

GoIKN.com – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan khawatir nilai tukar rupiah bakal melemah. Kecemasan ini muncul seiring dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Ia pun mengingatkan tentang potensi dampak negatif dari kebijakan proteksionis Amerika Serikat saat periode kedua Donad Trump dimulai.

Hal tersebut disampaikan dalam keynote speech pada public lecture yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN). Tema yang diusung adalah ‘Penguatan Transfomasi Tata Kelola dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia’.

Melansir infopublik.id, Luhut mengatakan bahwa pemerintahan kedua Trump berpotensi memperburuk kondisi ekonomi global. Selain penguatan dolar yang bisa berdampak langsung terhadap pelemahan nilai tukar rupiah, ada aspek yang lain jadi sorotan.

Aspek yang dimaksud meliputi risiko perlambatan ekonomi dunia yang lebih tajam, penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) global, serta inflasi yang lebih tinggi.

“Kita perlu mewaspadai dampak masa jabatan Presiden Trump kedua ini. PDB dunia akan lebih rendah, inflasi global akan lebih tinggi, dan kekuatan dolar AS yang semakin kuat bisa mengancam nilai tukar rupiah kita,” ujar Luhut, Senin (2/12/2024).

Ia pun turut menekankan, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat.

Apalagi mengingat Donald Trump juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang pragmatis dan tegas dalam urusan kebijakan luar negeri. Jika ada kebijakan yang dinilai merugikan kepentingan, maka Trump diyakini akan bereaksi keras.

Indonesia mau tak mau harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan kebijakan yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi pada era kedua Donald Trump. Satu di antaranya soal hubungan perdagangan dan investasi Indonesia-AS.

Luhut mengungkap perhatiannya atas rencana Presiden Terpilih AS itu untuk membentuk Kementerian Efisiensi Pemerintahan AS atau Department of Government Efficiency (DOGE). Di mana lembaga tersebut akan dipimpin oleh Elon Musk.

Musk yang sudah dikenal baik oleh Luhut diyakini bakal melaksanakan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah sampai angka 2 triliun dolar AS.

“Jika melihat menteri efisiensi yang akan dipilih, Elon Musk, saya rasa beliau akan melakukan itu. Mereka berencana memangkas anggaran sampai 2 triliun dolar AS. Ini menunjukkan bahwa akan ada banyak efisiensi dalam pemerintahan AS,” sambungnya.

Kemudian menghadapi kebijakan luar negeri Donald Trump, Andry Asmoro selaku Chief Economist Bank Mandiri menyoroti potensi dampak kebijakan America First yang dapat memperketat kebijakan dagang internasional.

Namun di sisi lain juga bisa memperburuk hubungan dagang dengan negara-negara seperti China. Diperkirakan berpeluang memperpanjang peran dagang dengan China, lalu sekaligus menghambat transisi energi global.

“Dengan kebijakan proteksionisme yang mungkin akan diperpanjang, kita bisa melihat ketegangan dalam perdagangan internasional. Selain itu, transisi energi global yang mendukung perubahan iklim mungkin akan mendapatkan sedikit dukungan di bawah pemerintahan Trump,” papar Andry.

Bagi Indonesia yang tengah berusaha mempercepat transisi energi dengan bantuan internasional, kurangnya dukungan terhadap perubahan iklim tentu menimbulkan kekhawatiran yang besar.

Oleh karenanya, Luhut mengingatkan bahwa Indonesia wajib memperkuat strategi ekonomi. Utamanya dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS demi menjaga stabilitas ekonomi nasional, serta memastikan pertumbuhan yang tetap berkelanjutan.

“Indonesia harus siap dengan setiap perubahan kebijakan di AS, karena itu akan sangat mempengaruhi ekonomi kita, baik dari sisi perdagangan maupun investasi,” imbuh Luhut.

Apalagi mengingat bagaimana dinamika global terus berkembang, Indonesia dinilai harus memantau dengan seksama kebijakan luar negeri AS di periode kedua Donald Trump.

Langkah-langkah strategis dibarengi kebijakan yang tepat membuat Indonesia diyakini mampu mengantisipasi dampak negatif maupun memanfaatkan peluang yang ada guna menjaga stabilnya pertumbuhan ekonomi.

Tinggalkan Komentar