BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Esktrem Jelang Nataru

BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Esktrem Jelang Nataru
BMKG ingatkan tentang potensi cuaca ekstrem beberapa pekan ke depan, terutama jelang Nataru. (Website BMKG)

GoIKN.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai dan melakukan antisipasi dini terkait adanya cuaca ekstrem. Baik hujan lebat yang disertai angin kencang maupun kilat/petir.

Cuaca ekstrem ini berpotensi terjadi dalam beberapa pekan ke depan. Mengingat adanya sejumlah fenomena yang sedang aktif, yakni MJO, Gelombang Rossby dan Kelvin.

Melansir infopublik.id, puncak musim hujan secara umum di wilayah Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, serta Kalimantan diprediksi berlangsung pada November 2024 hingga Februari 2025 mendatang.

Kemudian wilayah lain seperti Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua baru mengalami puncak musim hujan di bulan Januari-Februari 2025.

Dalam keterangannya, Guswanto yang merupakan Deputi Bidang Meteorologi BMKG mengungkap bahwa saat ini ada dua bibit siklon tropis yang memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap cuaca sampai perairan di Indonesia bagian barat.

Keduanya adalah bibit siklon tropis 96S di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu, serta Bibit Siklon Tropis 99B yang terpantau ada di Samudra Hindia sebelah barat Aceh.

Lebih lanjut, BMKG memberikan peringatan dini untuk kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan. Peringatan tersebut berkaitan dengan munculnya fenomena cold surge.

Kehadiran cold surge akan memicu gelombang tinggi di laut, sehingga membahayakan keselamatan saat ada aktivitas pelayaran/penyeberangan, maupun penangkapan ikan.

“Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut. Untuk itu, masyarakat bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui aplikasi @infobmkg. Silahkan akses informasi dari platform tersebut sebagai acuan dalam beraktivitas. Di sana juga terdapat informasi gempa bumi dan lain sebagainya,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada Selasa (26/11/2024).

Di sisi lain, diprediksi akan muncul dinamika atmosfer lainnya dalam periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, yakni meliputi Madden-Julian Oscillation (MJO) dan La Nina yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia.

Fenomena ini berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

“Potensi bencana hidrometeorologi ini dipicu oleh terjadinya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia ke wilayah Indonesia pada Desember 2024 hingga awal Januari 2025,” papar Dwikorita.

Sebagai gambaran, fenomena yang serupa pernah terjadi pada Januari 2020 silam. Di mana Jabodetabek mengalami banjir besar. Dukungan lintas sektor pun sangat diperlukan dalam mitigasi bencana hidrometeorologi.

Meski modifikasi cuaca sudah dilakukan pada beberapa kejadian sebelumnya, tetapi langkah ini saja dinilai masih tidak cukup untuk mengatasi dampak yang lebih luas.

“Koordinasi yang baik sangat penting, terutama dalam pengelolaan drainase, pintu air, penanganan aliran sungai yang dangkal, dan memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi potensi banjir,” imbuhnya.

Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena mengungkap bahwa sampai pertengahan November 2024 (Dasarian I-II), indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina Lemah.

Sedangkan indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindi) menunjukkan nilai IOD negatif, bahkan menuju netral.

Kemudian untuk dinamika perairan Indonesia secara umum, menunjukkan kondisi suhu muka laut yang kini lebih hangat dibanding normalnya.

Berdasarkan seluruh hasil monitoring ini, disimpulkan bahwa terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum sampai awal tahun 2025.

Tinggalkan Komentar