Menteri PPA Komitmen Turunkan Angka Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
GoIKN.com – Kekerasan perempuan dan anak masih menjadi isu yang harus dibenahi oleh semua pihak. Pemerintah melalui Kementerian PPA Indonesia pun telah berkomitmen dalam upaya meningkatkan layanan maupun teknologi yang mendukung penanganan terhadap para korban.
Salah satunya adlaah dengan memaksimalkan fungsi panic button, salah satu alat bantu penting untuk menangani kekerasan. Sebagaimana disampaikan di sela-sela Forum Tematik Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) bersama Kementerian PPA.
Acara bertajuk ‘Diseminasi Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan (SPHPN) dan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHA) Tahun 2024’ ini berlangsung di Gedung B.J Habibie, Kantor BRIN.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), Arifah Fauzi menyampaikan bahwa panic button berupa call center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 adalah bagian dari tiga program utama yang sedang dikembangkan oleh pihaknya.
“Kami ingin memaksimalkan call center yang sudah ada. Tujuannya adalah memastikan koordinasi lebih cepat antara tingkat bawah ke atas maupun sebaliknya, jika terjadi situasi darurat,” kata Arifah kepada infopublik, Kamis (21/11/2024).
Kemudian ia menambahkan, proses pengembangan dilakukan secara bertahap agar efektivitas penggunaan panic button lebih optimal.
“Seperti naik tangga, semua dilakukan setahap demi setahap. Kami terus mengevaluasi dan mencari cara agar ke depan fungsi panic button ini bisa lebih baik dan efektif,” sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPA menegaskan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak supaya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan bisa turun.
Mengenai peningkatan panic button ini sebelumnya sudah disampaikan oleh Wamen PPA Veronica Tan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) KPAI 2024 di Jakarta.
Veronica menyebut, pihaknya akan meningkatkan kualitas call center supaya bisa mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Program yang akan kita lakukan di Kementerian ini untuk mempunyai panic button di setiap warga, sehingga ketika mereka merasa tidak aman, tidak nyaman, mereka bisa memencet panic button ini,” kata Veronica.
Evaluasi maupun perbaikan secara berkelanjutan diharapkan dapat memastikan bahwa perempuan-perempuan di seluruh Indonesia bisa memperoleh perlindungan yang maksimal.
BACA JUGA