Komitmen Cegah Stunting, Kemenko PMK Ungkap Pentingnya Intervensi Bagian Hulu

Komitmen Cegah Stunting, Kemenko PMK Ungkap Pentingnya Intervensi Bagian Hulu
Plt. Deputi III Kemenko PMK Nunung Nuryartono ungkap langkah utama pencegahan stunting. (Tangkap Layar YouTube/FMB9)

GoIKN.comStunting masih menjadi isu yang harus lekas ditangani oleh pemerintah. Salah satu langkah utama yang menjadi fokus adalah intervensi di bagian hulu, khususnya para remaja putri.

Nunung Nuryartono selaku Pelaksana Tugas (Plt) Deputi III Kemenko menjelaskan tentang pentingnya memastikan kesehatan remaja putri sampai memasuki fase pernikahan maupun kehamilan.

Diharapkan dengan kondisi tubuh sehat akan membuat bayi yang dilahirkan juga memiliki kesehatan yang optimal, serta terhindar dari adanya risiko stunting.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak hanya bertujuan untuk menurunkan angka stunting yang sudah ada, tetapi juga mencegah munculnya banyak kasus-kasus baru.

Hal ini menjadi tantangan besar yang membutuhkan perhatian serius di berbagai level pemerintahan, termasuk lewat kerja sama lintas sektor.

“Ada irisan target yang sangat besar antara program MBG dan upaya pencegahan stunting. Oleh karena itu, sinergi sangat diperlukan agar semuanya berjalan secara efektif,” kata Nunung dalam Forum Merdeka Barat (FMB9) dengan tema “Makan Bergizi Gratis Solusi Tekan Angka Stunting” pada Senin (18/11/2024).

Menyadur infopublik.id, Posyandu dan Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting di tanah air.

Kedua institusi tersebut bertanggung jawab memastikan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan balita agar tetap terpantau dengan baik. Utamanya menjelang penerapan program MBG yang ditargetkan mulai bulan Januari 2025 mendatang.

Nunung menyebut, ada sekitar 300 ribu Posyandu dan 10 ribu Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia. Keduanya menjadi ujung tombak dalam implementasi program kesehatan, termasuk soal pemantauan status kesehatan masyarakat.

Pemerintah berusaha memaksimalkan pemanfaatan data kesehatan masyarakat yang diperoleh dari Posyandu maupun Puskesmas. Data by name by address merupakan dasar untuk menentukan daerah prioritas dan intervensi yang sesuai.

Melalui pendekatan berbasis data, pemerintah tentu dapat lebih fokus menangani wilayah yang mempunyai angka stunting lebih tinggi.

Lewat pendekatan ini pula, integrasi program makanan tambahan lokal yang sudah diinisiasi oleh pemerintah daerah dapat ikut serta berperan penting mendukung pencegahan stunting.

Nunung menekankan, upaya tersebut perlu dilakukan secara holistik, melibatkan berbagai aspek mulai dari edukasi, pemantauan, sampai pemberian intervensi gizi yang tepat.

Guna memastikan implementasi efektif program MBG, dibutuhkan sinergi yang kuat antara kementerian, lembaga, serta pemda.

“Program ini sangat strategis. Banyak masukan dari berbagai lembaga yang menekankan pentingnya mencermati dengan seksama program-program penurunan angka stunting ini,” sambungnya.

Dengan dimulainya program MBG di awal 2025, Indonesia berharap bisa menciptakan generasi masa depan yang bebas dari stunting, sehat, dan cerdas.

Keberhasilan program itu turut dipengaruhi oleh kolaborasi yang solid dari pemerintah pusat dan daerah, juga peran aktif Posyandu dan Puskesmas.

Kolaborasi yang kuat tak hanya membantu mengatasi stunting yang ada, tetapi juga mencegah munculnya kasus baru hingga memberikan dampak positif bagi kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Tinggalkan Komentar