Solusi Konkret Ketahanan Pangan: Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

Ketahanan pangan panen tomat
Program P2L memanfaatkan halaman rumah sebagai sarana untuk membangun ketahanan pangan masyarakat. (foto: Freepik)

IKN News – Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) hadir sebagai jawaban atas tantangan ketahanan pangan Indonesia. Melalui inisiatif ini, masyarakat diajak mengoptimalkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai tanaman pangan, seperti cabai, tomat, bayam, dan rempah-rempah. Bukan hanya menciptakan estetika hijau yang memanjakan mata, tetapi juga menjadi sumber pangan keluarga yang melimpah.

Diluncurkan oleh Kementerian Pertanian sejak 2010, program ini mengubah paradigma masyarakat bahwa pekarangan kecil sekalipun dapat menjadi aset berharga untuk kemandirian pangan. Awalnya dikenal sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), program ini bertransformasi menjadi P2L pada 2020 dengan cakupan yang lebih luas. Dengan menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai motor penggerak, program ini membekali mereka pelatihan, bantuan benih, serta alat bercocok tanam. Hasilnya, konsumsi pangan bergizi meningkat, pendapatan keluarga bertambah, dan solidaritas komunitas semakin erat.

Langkah Strategis P2L untuk Ketahanan Pangan

Dikutip dari Indonesia.go.id. P2L bertujuan memanfaatkan lahan pekarangan, lahan tidur, dan lahan kosong yang tidak produktif untuk menghasilkan pangan. Selain memperkuat ketahanan pangan, program ini juga mendukung diversifikasi pangan lokal, terutama di daerah rawan stunting dan pangan. Hingga 2024, P2L telah menjangkau lebih dari 11.000 kelompok tani, membangun taman pangan produktif di lebih dari 70 ribu pekarangan, dan membantu lebih dari 1 juta keluarga mengurangi pengeluaran pangan hingga 20%.

Baca Juga :

Kegiatan P2L bahkan merambah kawasan urban seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung melalui konsep urban farming. Contohnya, cabai yang kerap menjadi tantangan saat harga melonjak kini bisa dipetik langsung dari halaman rumah. Selain itu, kontribusi P2L terhadap penurunan angka stunting, seperti di Nusa Tenggara Timur, menunjukkan dampak nyata program ini dalam mengatasi malnutrisi.

Keberhasilan yang Menginspirasi

Pekarangan kecil ini menjadi simbol bahwa setiap rumah tangga punya peran besar dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan. “Kita punya mimpi besar, swasembada pangan, dan itu memerlukan kerja sama semua pihak. Pemerintah, petani, hingga aparat desa, semua memiliki peran penting dalam mencapai tujuan ini,” ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Menuju 2025, pemerintah menargetkan penambahan 15 ribu kelompok tani baru dan pengembangan model P2L terpadu yang mencakup tanaman pangan, peternakan kecil, serta perikanan. Selain itu, kemitraan dengan sektor swasta diharapkan mempercepat pengembangan teknologi pertanian dan memperluas dampak program.

Indonesia yang Hijau dan Mandiri

Dengan P2L, mimpi Indonesia menjadi bangsa tangguh secara pangan dan berdaya saing global kini berada dalam jangkauan nyata. Setiap pekarangan menjadi simbol harapan dan kontribusi kecil untuk perubahan besar. Tidak ada lagi pekarangan kosong—semua hijau, produktif, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat.

Pekarangan rumah, yang dulu sering terabaikan, kini menjadi jawaban atas tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, P2L terus berkembang, memastikan ketahanan pangan Indonesia tetap kuat dari akar hingga pucuk.***

Tinggalkan Komentar