Pesut Mahakam dalam Ancaman: Hasil Analisis Kasus Kematian Sepanjang 2024
IKN Kaltim – Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), mamalia air tawar endemik yang terancam punah, kini menghadapi tekanan besar akibat aktivitas manusia dan kerusakan habitat. Berdasarkan data Yayasan Konservasi RASI dan BPSPL Pontianak pada 2023, populasi spesies ini hanya tersisa kurang dari 67 individu. Kawasan Konservasi Nasional Perairan Mahakam Wilayah Hulu, seluas 42.667,99 hektare, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49 Tahun 2022, menjadi pusat perlindungan spesies ini. Namun, lima kasus kematian pesut sepanjang 2024 menunjukkan urgensi konservasi yang lebih efektif.
Penyebab dan Temuan Utama
Untuk memahami penyebab kematian, BKSDA Kalimantan Timur bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Universitas Mulawarman dan Yayasan RASI, melakukan analisis mendalam. Proses tersebut melibatkan pemeriksaan fisik (nekropsi), studi jaringan (histopatologi), analisis logam berat, dan deteksi mikroplastik. Beberapa hasil temuan utama antara lain:
- (21 Februari 2024): Pesut jantan dewasa di Desa Bukit Jering mati akibat penyakit pernapasan dan ginjal karena usia lanjut. Mikroplastik ditemukan di tubuhnya, meski kadar logam berat masih di bawah ambang batas.
- (2 April 2024): Pesut betina ditemukan di Tenggarong dalam kondisi membusuk, diduga mati akibat tersangkut jaring ikan dan tenggelam.
- (28 April 2024): Pesut jantan mati karena akumulasi bahan toksik dari makanan di Desa Pulau Harapan.
- (21 Juni 2024): Pesut jantan dewasa mati di Samarinda akibat gagal jantung dan ginjal akibat paparan zat kimia berbahaya dan faktor usia.
- (12 Juli 2024): Bayi pesut betina ditemukan mati di Desa Pela, diduga akibat infantisida dan penyakit pada organ vital.
Baca Juga :
Syarif Iwan Taruna Alkadrie, Kepala BPSPL Pontianak, menyoroti ancaman utama yang dihadapi pesut Mahakam. Tekanan dari penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pencemaran mikroplastik, dan paparan zat kimia berbahaya menjadi faktor yang paling mengkhawatirkan. Kawasan Konservasi Nasional dengan zona inti seluas 1.081 hektare menjadi lokasi penting untuk perlindungan habitat, termasuk area pemijahan ikan yang menjadi sumber makanan pesut.
Ke depan, langkah konservasi akan diperkuat dengan pengawasan habitat, penegakan hukum, dan edukasi masyarakat. Penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik, logam berat, dan faktor genetik juga akan dilakukan untuk mendukung keberlanjutan spesies ini. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem Sungai Mahakam yang aman dan berkelanjutan bagi pesut Mahakam.***
BACA JUGA