Petani Milenial, Andalan Baru untuk Ketahanan Pangan Nasional

petani milenial a
Petani Melon green house di Kabupaten Lumajang. (Foto : Indonesia.go.id)

IKN Milenial – Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah petani milenial di Indonesia mencapai 6,18 juta orang. Yang mana menjadikan mereka salah satu pilar utama dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Pemerintah pun menggulirkan Program Petani Milenial sebagai andalan untuk mewujudkan swasembada pangan pada 2028, dengan alokasi anggaran hingga Rp30 triliun.

Dijuluki sebagai “Brigade Swasembada Pangan”, para petani milenial adalah generasi muda yang tampil percaya diri, menggunakan teknologi modern, dan mandiri secara finansial. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, anggaran tersebut akan digunakan untuk optimasi lahan, penyediaan alat pertanian, benih, pupuk, dan program pendukung lainnya. “Kita beli alat, siapkan benih, pupuk—semua untuk mendukung petani milenial,” kata Amran dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (15/11/2024).

Program ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui pembangunan dan optimalisasi jaringan irigasi, pintu air, serta bendungan untuk memastikan pasokan air yang efisien. Menteri PU Dody Hanggodo menyatakan komitmennya untuk mendukung ketahanan pangan dan air sebagai bagian integral dari program ini.

Dikutip dari Indonesia.id “Insya Allah, kami siap mendukung penuh agar ketahanan pangan tercapai,” ujar Dody. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus memperkuat regenerasi petani muda di Indonesia.

Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan

Melalui program ini, pemerintah melibatkan generasi muda untuk mengelola 200 hektare lahan pertanian per kelompok, dengan dukungan modal hingga Rp3 miliar per tim yang terdiri dari 15 orang. “Saat ini, ada 3.000 tim di lapangan, dan lebih dari 23.000 orang telah mendaftar untuk menjadi petani milenial,” ujar Amran.

Program ini tidak hanya berfokus pada produksi pangan tetapi juga menciptakan peluang pendapatan yang menjanjikan. Para petani milenial diproyeksikan bisa meraih pendapatan antara Rp10 juta hingga Rp30 juta per bulan dari hasil panen. “Pendapatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan gaji pegawai biasa,” tambah Amran.

Baca juga :

Partisipasi Petani Milenial di Berbagai Daerah

Berdasarkan Sensus Pertanian 2023, petani milenial yang berusia 19–39 tahun mencakup 21,93% dari total petani di Indonesia. Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah terbanyak, yakni 971.102 orang, diikuti Jawa Tengah (625.807) dan Jawa Barat (543.044). Sebaliknya, DKI Jakarta memiliki jumlah terendah, yaitu 2.568 orang.

Kementerian Pertanian terus memperluas jangkauan program ini, termasuk ke wilayah Kalimantan Selatan. Dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Barito Kuala, Amran membagikan alat pertanian modern kepada lebih dari 1.000 petani milenial yang terlibat dalam program cetak sawah. “Kami berharap generasi muda semakin tertarik untuk bergabung dalam sektor ini,” ujar Amran.

Harapan Menuju Swasembada Pangan

Melalui pendekatan inovatif ini, pemerintah berharap kontribusi petani milenial terhadap total petani nasional dapat mencapai 10% dalam waktu dekat. Program ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga membuka lapangan kerja, mendorong penggunaan teknologi pertanian, dan menciptakan generasi baru petani yang lebih adaptif terhadap tantangan zaman.

Program Petani Milenial menjadi bukti nyata bahwa pertanian dapat menjadi sektor yang menjanjikan. Tidak hanya bagi ketahanan pangan nasional, tetapi juga bagi kesejahteraan generasi muda Indonesia.***

Tinggalkan Komentar