Lonjakan Kasus DBD 2024 Hampir Dua Kali Lipat Daripada Tahun 2023

Fogging dbd
Peningkatan kasus DBD dan angka kematian pada 2024 harus menjadi perhatian serius. Masyarakat diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. (Foto : freepik)

IKN News –  Memasuki November 2024, hujan mulai menyapa hampir seluruh penjuru Nusantara. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan laporan banjir di berbagai daerah, sejalan dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam laporan bertajuk Prediksi Musim Hujan 2024/2025 di Indonesia, BMKG memperkirakan puncak musim hujan berlangsung hingga Desember 2024, dipengaruhi fenomena La Nina yang membawa curah hujan tinggi meskipun dampaknya bervariasi antarwilayah.

Musim hujan yang diawali di wilayah barat Sumatera sejak Agustus ini perlahan menyebar hingga ke kawasan timur Indonesia. Namun, intensitas hujan yang tinggi juga menjadi pemicu meningkatnya ancaman kesehatan, salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue.

Lonjakan Kasus DBD di Indonesia

Dikutip dari Indonesia.go.id. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat adanya lonjakan kasus DBD signifikan pada 2024. Hingga minggu ke-43, telah dilaporkan 210.644 kasus dengan 1.239 kematian, melampaui total kasus 2023 yang mencapai 114.720 kasus. Bahkan, daerah non-endemik kini turut terdampak akibat perubahan iklim yang mempercepat siklus tahunan DBD menjadi setiap tiga tahun atau kurang.

Baca Juga :

“Indonesia menyumbang sebagian besar kasus dengue di ASEAN dengan total 219 ribu kasus dan 774 kematian di wilayah regional,” ungkap Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Yudhi Pramono.

Strategi Penanggulangan DBD

Kemenkes telah mengimplementasikan berbagai strategi nasional untuk mengendalikan DBD, termasuk:

  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
  2. Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), yang menunjuk juru pemantau jentik di setiap rumah.
  3. Penyuluhan Masyarakat untuk mengenali tanda-tanda DBD dan mencegah keterlambatan penanganan.
  4. Respons Cepat Kasus DBD dengan melaporkan ke dinas kesehatan dalam waktu tiga jam untuk tindakan epidemiologi.
  5. Penguatan Surveilans dan Manajemen Vektor sebagai langkah preventif.

Peran Vaksin dan Partisipasi Masyarakat

Saat ini, dua vaksin DBD, Dengvaxia dan Qdenga, telah disetujui oleh BPOM RI. Namun, keberhasilan pengendalian DBD sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. “Pemberantasan DBD bukan hanya tugas pemerintah, tetapi memerlukan sinergi berbagai pihak,” ujar dr. Ina Agustina, Direktur P2PM Kemenkes.

Musim hujan membawa tantangan yang harus dihadapi bersama. Dengan langkah preventif yang efektif, diiringi komitmen semua pihak, masyarakat Indonesia diharapkan mampu melewati musim ini dengan sehat dan aman.***

Tinggalkan Komentar