Pelayanan Kesehatan Gratis untuk Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur

Lewatobi
Tenaga Kesehatan yang bertugas di Posko Kesehatan, Poslap Eputobi, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. (Foto : InfoPublik)

IKN News – Pemerintah memberikan layanan kesehatan gratis bagi para penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak letusan terjadi pada awal November 2024, puluhan pengungsi memanfaatkan fasilitas kesehatan setiap harinya.

Di Posko Kesehatan Poslap Eputobi, tenaga medis yang bertugas melaporkan lonjakan pasien. Bidan Mega mengungkapkan, pada Senin (25/11/2024) saja, tercatat 40 pengungsi datang untuk memeriksakan kesehatan. “Dari 40 pengungsi, 21 orang di antaranya laki-laki dan 19 orang perempuan. Kami siaga setiap hari 24 jam bergantian,” ujarnya kepada InfoPublik.

Dikutip dari Infopublik.id. Keluhan utama para pengungsi adalah gangguan pernapasan, seperti batuk, pilek, hingga Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Akibat paparan debu vulkanik serta cuaca ekstrem yang berubah-ubah. “Sebagian besar keluhan mereka adalah ISPA dan flu, yang semakin diperparah oleh cuaca yang kadang panas lalu hujan, karena saat ini sudah memasuki musim penghujan di wilayah ini,” tambah Mega.

Selain layanan pengobatan ringan, posko ini juga dilengkapi rumah sakit darurat untuk menangani kasus serius sebelum merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Pelayanan kesehatan jiwa pun disediakan bagi pengungsi yang mengalami trauma akibat bencana. “Pengungsi yang datang akan diperiksa oleh dokter, diberi obat, dan jika diperlukan pemeriksaan lanjutan atau laboratorium, mereka akan dirujuk ke Puskesmas terdekat,” jelas Mega.

Untuk menunjang kelancaran pelayanan, posko juga menyiagakan ambulans selama 24 jam bagi pasien yang memerlukan rujukan darurat.

Hingga 24 November 2024, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki telah berdampak pada 13.140 jiwa. Sebanyak 5.608 jiwa mengungsi di enam pos lapangan, sementara 7.534 jiwa lainnya mengungsi mandiri di rumah keluarga atau kerabat. Bencana ini juga menyebabkan sembilan korban meninggal dunia, sementara empat lainnya masih menjalani perawatan intensif di RSUD Larantuka.

Pemerintah terus berupaya memastikan kebutuhan dasar pengungsi, termasuk pelayanan kesehatan, terpenuhi dengan baik. Dengan layanan kesehatan yang optimal, diharapkan kondisi pengungsi dapat segera pulih, dan proses rehabilitasi pasca-bencana berjalan efektif.***

Tinggalkan Komentar